Mengigau vs Estetika Berpikir

oleh Charles Jama, Dosen Seni Universitas Nusa Cendana

Masyarakat NTT tahu bahwa kelor memiliki kandungan gizi yang baik. Tanpa program ini, masyarakat NTT sudah lama mengonsumsinya dan hingga sat ini masih mengonsumsinya. Juga, berbagai mitos dalam masyarakat kita, kelor berkaitan dengan persoalan mistis magis. Karena itu juga mereka menanam dan mengonsumsinya.

Sekarang ini kebijakan gubernur NTT yang lagi panas adalah mewajibkan siswa sekolah menengah atas (SMA) masuk sekolah jam 5.00 pagi. Kebijakan ini bagai petir di siang bolong, menggelegar seluruh jagat. Berbagai respon diutarakan baik di ruang maya ataupun dalam diskusi masyarakat kampus.

Bagi saya kebijakan ini seperti berasal dari orang yang sedang mengigau, bisa direalisasikan namun tidak masuk dalam kesadaran berpikir. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mengigau dikategorikan sebagai verba (kata kerja) kata ini diartikan berkata-kata tanpa disadari seperti pada waktu tidur atau sakit. Kebijakan ini juga igau-igauan artinya dalam keadaan mengigau, sudah bangun dari tidur tetapi masih mengantuk. Lebih dari itu kebijakan ini seperti pengigau. Artinya, orang yang sering mengigau sewaktu tidur, orang yang suka berkata-kata yang bukan-bukan.

BACA JUGA:
Etika Keutamaan Alasdair Maclntyre
Berita Terkait
1 Komen
  1. babas berkata

    ini artikel terkeren yang saya pernah datangi, membahas tentang dunia sangat infromatif…recommended banget untuk kalian.. terima kasih admin.. sukses selalu

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More