
Pesta demokrasi lima tahunan hanya sebatas agenda rutin biasa dan tidak berdampak pada kehidupan generasi milenial baik secara individu maupun komunal. Pemilu dianggap sebagai hajatan yang terkesan kaku, ajang mengumbar janji-janji hampa, dengan iming-iming menggiurkan, tidak rasional dan tanpa realisasi.

Untuk menepis anggapan primitif bernada minor tentang Pemilu, hendaknya Penyelenggara Pemilu, Partai peserta pemilu dan para Politisi, harus mampu mengemas agenda-agenda pemilu sesuai tahapan lebih menyentuh Hasrat atau minat yang sedang digandrungi oleh generasi milenial saat ini.
Partai peserta Pemilu dan para politisi tidak sekadar mendatangkan artis-artis yang bertujuan untuk menghibur dan mengail simpati masa semata, tetapi hal yang paling penting adalah pendidikan politik kritispraktis yang lebih menyentuh Nurani generasi milenial.
Kegiatan kampanye terbuka tidak saja dijadikan ajang untuk menunjukan siapa hebat dan siapa lemah, siapa berduit dan siapa tidak, atau sekadar hura-hura politik, tetapi harus menyuguhkan materi-materi bernuansa edukatif yang bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan di kemudian hari.
Isu politik bukanlah pilihan yang menarik dalam perbincangan para milenial atau anak muda. Isu politik seperti pemilihan umum (pemilu) dianggap sebagai perdebatan yang sangat serius dan sulit bagi generasi milenial.,
Pemilu dianggap sebagai hajatan yang terkesan kaku, ajang mengumbar janji-janji hampa, dengan iming-iming menggiurkan, tidak rasional dan tanpa realisasi.
maka dapat dipastikan bahwa pemilih dalam Pemilu 2024 didominasi generasi milenial.
Isu politik tidak dijadikan pilihan menarik dalam obrolan generasi milenial atau anak muda