Mengabadikan Tubuh

Oleh: Sil Joni*

 

Pemikiran filosofis pada zaman Yunani kuno ini, diadopsi oleh sejumlah pemikir kekristenan awal dalam refleksi teologi. Perbincangan mengenai tubuh bertumpu pada dogma teologis yang mengacu pada kesucian dan spiritualitas.

Di satu sisi, tubuh dipandang sebagai bait Tuhan. Tetapi, pada sisi lain, dan ini yang paling dominan, tubuh dipandang sebagai musuh karena tubuh dapat membawa jiwa pada kenikmatan dunia dan membawa diri melenceng dari jalan Allah. Dengan rumusan lain, badan dianggap sebagai ‘sumber dosa’.

Boleh dibilang, pada era ini, tubuh benar-benar tersubordinasi dan diasingkan oleh wacana spiritualitas dan keagamaan. Betapa tidak. Tubuh dianggap mampu membawa manusia jatuh ke dalam kubangan dosa dan kenikmatan dunia. Hidup dalam kesucian adalah hidup yang ‘mengingkari’ keinginan daging.

Pandangan negatif tentang badan, dalam skala tertentu, masih membekas hingga dewasa ini. Meski demikian, umumnya saat ini, para pemikir cenderung melihat tubuh secara positif. Tubuh adalah cara berada manusia dalam dunia. Manusia tidak mungkin ‘berkelana’ di bumi, tanpa badan.

BACA JUGA:
Mabar Menuju Peradaban Litera-Wisata
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More