Membaca Aktivisme dan Menulis Solusi

Oleh: Bernardus Tube Beding*

Jadi, aktivisme sungguh membelit umat manusia. Lantas manusia tidak lagi punya kebiasaan mengalokasikan sebagian waktunya untuk keheningan. Apalagi untuk refleksi dengan penalaran dan konsentrasi yang jernih dan jauh dari pamirih.

Maka, tak mengherankan di sama-sini manusia makin kasar, kian beringas, makin tidak manusiawi. Kekasaran dan keberingasan tidak cuma ada di tengah kehidupan buruh di terminal bus, atau pelabuhan laut.

Semuanya itu bisa terjadi pula di sekolah-sekolah, di kalangan mahasiswa, di perkantoran, bukan di kalangan elite (elit politik, ekonomi, dan sebagainya), juga di tengah keluarga.

Kekerasan dan keberingasan sungguh meruyak nyata di jalan-jalan umum. Di sana, kendaraan-kendaraan besar menjadi “raja” yang melecehkan kendaraan-kendaraan kecil. Tapi kendaraan-kendaraan kecil juga “tidak mau kalah”. Bahkan, pejalan kaki pun “tidak mau kalah”.

Pada suasana seperti itu, para pengendara kendaraan kecil menampakkan perilaku mau menang sendiri dengan cara mereka sendiri. Memang mereka tidak bisa menang sendiri seperti pengendara kendaraan besar yang mereka kebut-kebutan sangat tak sopan seolah jalan umum menjadi milik pribadinya.

BACA JUGA:
Tolak Rencana Pabrik Semen & Tambang Gamping di Manggarai Timur-NTT
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More