Permakultur dan Eksegese Sukacita di Tengah Pandemi

Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Seringkali setelah menaklukan satu batu karang mereka belum menemukan tanah selain karang berikutnnya yang menjulang. Tetapi ayunan linggis tidaklah surut hingga di ujung batas. Etos “gila” inilah yang menghidupi pertanian di Mekon demikian gigih, hingga menghidupkan ribuan orang, termasuk pekerja-pekerjanya.

Mereka yang mengunjunginya saat ini mungkin tidak pernah membayangkan wilayah itu sebagai suatu bekas hamparan batu karang.

Mereka hanya temukan sayur yang subur, perikanan yang semarak, buah-buahan yang sedap, bunga yang indah. Di atas batu karanglah mereka berdiri memberi makan dan makna untuk bumi.

Teknik Permakultur

Pertanian Mekon Indah mirip teknik Permakultur. Konsep ini diperkenalkan tahun 1978 oleh Bill Mollison, pengajar Psikologi Lingkungan di Universitas Tasmania untuk mempromosikan suatu teknik pertanian yang bekerja bersama alam (working with) dan bukan melawan alam (against nature).

Teknik ini berangkat dari hasil pengamatan yang jeli dan penuh pertimbangan pada suatu area untuk melihat hewan dan tumbuhan dalam semua fungsinya, suatu relasi alam yang majemuk alih-alih memperlakukannya sebagai produk tunggal dan linear.

BACA JUGA:
Asal Omong - Kekerasan Seksual Anak Terhadap Ibu Kandung di Manggarai Timur
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More