
Ketika Pastor Paroki Watu Nggong Keuskupan Ruteng RD. Laurens Teon Bawa Altar Pelayanan ke Ladang-Ladang Umat
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Penulis Buku, dan Aktivis Lingkungan)
PAROKI Santo Eduardus Watu Nggong di Keuskupan Ruteng meski terbilang muda secara usia, namun kaya dalam hal terobosan dan kreativitas dalam berpastoral.
Paroki yang saat ini digembalakan RD. Laurens Teon menyimpan sejumlah terobosan inspiratif dalam hal berpastoral selaras zaman.
Paroki ini secara usia terbentuk sejak tahun 2009 yang merupakan pemekaran dari Paroki Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus Lengko Ajang.
Paroki ini memilik 10 stasi dengan jumlah 105 komunitas basis gerejani (KBG) dan umat berjumlah 12.557 orang.
Paroki St. Eduardus Watu Nggong memiliki lahan seluas 8 hektare (ha). Lahan ini terhitung lahan yang kritis. Lahan ini ditumbuhi rumput liar, yang menjadi indikasi asam tanah tinggi. Lahan paroki ini selain kritis juga berbatu-batu. Ya, namanya Watu Nggong. Watu bahasa Manggarai yang berarti batu.
Sejak Paroki ini digembalakan RD. Laurens Teon tahun 2023 silam, Pusat Paroki yang berada di atas bukit dan terbilang kritis dan berbatu-batu ini diubah menjadi lokasi pengembangan tanaman pertanian, hortikultura dan pelbagai komoditas unggulan.