
Ketika ‘Like’ dan ‘Amin’ Bertemu di Linimasa, Arah Baru Pastoral Digital Flobamora
Oleh Dr. Don Bosco Doho, MM, Pengarang Buku Etika & Filsafat Komunikasi di Era Digital
Tujuannya adalah menciptakan sebuah ekosistem pastoral yang terintegrasi. Misa meriah di gereja dapat diperkaya dengan katekese online di malam hari. Kelompok doa di lingkungan dan Umat Basis yang hangat dihidupkan dengan grup WhatsApp untuk saling mendoakan sepanjang pekan. Media sosial tidak menjadi tujuan, tetapi menjadi “halaman gereja” virtual untuk menyapa dan mengundang orang masuk ke dalam persekutuan yang nyata. Pada akhirnya, ukuran keberhasilan pastoral digital bukanlah jumlah viewers, likes, atau subscribers, melainkan apakah ia berhasil memperdalam iman, memperkuat komunitas di dunia nyata, dan membuat Warta Gembira semakin relevan bagi setiap pribadi, di mana pun mereka berada. Inilah seni menggembalakan di abad ke-21.
Jika dalam konteks SDGs (Sustainable Development Goals) berkomitmen no one left behind (tidak ada seorangpunya yang tertinggal) maka gereja modern mengusahakan “Berjalan bersama, tanpa ada satu pun yang tertinggal.” Gereja tengah mengakomodasi kaum lansia dan mereka yang tidak melek teknologi bukanlah sekadar tugas teknis, melainkan sebuah panggilan iman yang fundamental. Jika pastoral digital hanya melayani mereka yang sudah terkoneksi, maka ia bukan lagi pastoral, melainkan sebuah layanan eksklusif.