
Ketika ‘Like’ dan ‘Amin’ Bertemu di Linimasa, Arah Baru Pastoral Digital Flobamora
Oleh Dr. Don Bosco Doho, MM, Pengarang Buku Etika & Filsafat Komunikasi di Era Digital
Revolusi teknologi informasi merupakan mimbar baru untuk generasi baru. Artinya, digitalisasi adalah kesempatan emas untuk evangelisasi baru. Instagram, TikTok, dan YouTube adalah “Areopagus” modern—alun-alun publik tempat kaum muda berkumpul. Gereja dapat hadir di sana dengan konten yang kreatif, relevan, dan otentik tidak sedang “ikut-ikutan tren”, melainkan sedang menjalankan misi perutusan-Nya untuk berbicara dalam semua bahasa, termasuk bahasa digital generasi masa kini.
Era digitalisasi memungkinkan diperluasnya persekutuan (koinonia). Komunitas iman tidak lagi terbatas pada mereka yang bertemu di gedung gereja. Grup doa via WhatsApp, kelompok pendalaman Alkitab via Zoom, dan forum diskusi online menciptakan kantong-kantong persekutuan baru yang cair dan inklusif. Ini adalah kesempatan untuk membangun “Gereja tanpa dinding” dalam arti yang sesungguhnya.
Jebakan di Dunia Maya
Tantangan terdalam bagi iman Katolik dan Kristen adalah devaluasi kehadiran fisik (embodiment). Pastoral digital berisiko mengubah iman dari sebuah perjumpaan sakramental dan komunal menjadi “produk konten” yang dikonsumsi secara individual dan pasif. Umat bisa menjadi penonton Misa, bukan peserta perayaan Ekaristi. Pertanyaannya: saat iman menjadi tontonan, apakah ia masih bisa mentransformasi?