
Ketika ‘Like’ dan ‘Amin’ Bertemu di Linimasa, Arah Baru Pastoral Digital Flobamora
Oleh Dr. Don Bosco Doho, MM, Pengarang Buku Etika & Filsafat Komunikasi di Era Digital
Pandemi COVID-19 bertindak sebagai akselerator masif yang memaksa Gereja, baik Katolik maupun Protestan, untuk terjun ke dunia digital. Fenomena yang tadinya bersifat sporadis dan inisiatif pribadi, kini menjadi bagian yang terintegrasi, meskipun dengan tingkat adopsi yang beragam.
Pastoral Digital di Indonesia
Pastoral digital telah diterapkan secara nyata di Indonesia. Ini bukan lagi sebuah konsep, melainkan sebuah realitas yang terus berkembang. Faktanya adalah sebagai berikut:
1. Misa & Ibadah Online: Data Jangkauan yang Masif
Ini adalah bentuk pastoral digital yang paling terlihat dan memiliki data jangkauan paling jelas. Ambil sebuah contoh nyata di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Sejak pandemi, KAJ melalui kanal YouTube “Komsos KAJ” secara rutin menyiarkan Misa harian dan mingguan dari Gereja Katedral. Jangkauannya luar biasa. Sebuah Misa Harian saja bisa ditonton oleh 15.000 – 25.000 viewers. Untuk Misa Hari Minggu atau Hari Raya besar, angkanya bisa melonjak hingga 100.000 – 300.000 viewers. Data ini menunjukkan adanya “umat digital” dalam jumlah masif yang mengikuti perayaan Ekaristi dari rumah mereka.