Kedaulatan Maritim Indonesia: Impian atau Kenyataan yang Masih Bisa Terlaksana?

(Refleksi Akhir Tahun 2021)

Kekurangdispilinan dari pelaksana atau kru kapal dan pelabuhan juga menjadi masalah. Misalnya, terkait jumlah crew manifest di kapal yang tidak sebanding atau presisi. Tak adanya crew manifest dengan jumlah yang presisi. Kerap kali ini menghambat proses penyelamatan dan penyelidikan penyebab kecelakaan kapal. Karenanya, hal ini perlu mendapat perhatian serius pula.

Alasan yang sering muncul ke permukaan dan sering diucapkan oleh operator adalah mengenai waktu di pelabuhan yang ketat dan pendek. Seringkali saat kapal berangkat, kendaraan tidak diikat (lashing). Itu jadi potensi bergeraknya muatan di atas kapal, sehingga itu mengubah stabilitas kapal secara drastis. AKKMI mengusulkan agar dibuat waktu sandar kapal yang ideal di tiap-tiap pelabuhan sehingga tidak ada lagi alasan para pihak untuk tidak mengikuti peraturan yang telah ada.

Hal lain yang patut disayangkan adalah adanya pembiaran truk-truk ODOL yang masuk ke dalam kapal-kapal ASDP. Keadaan seperti itu patut dicermati sebagai salah satu aspek utama. Harus dipastikan, truk-truk ODOL dilarang untuk naik di atas kapal-kapal penyeberangan tersebut, harus dijadikan dasar berpikir terkait keamanan dan keselamatan pelayaran.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More