Mengapa ?
Ada beberapa alasan yang digunakan pengguna dan aktivis sosial media, saban hari selalu menggunakan sosial media untuk berkomunikasi. Menyampaikan pendapat, pandangan, pikiran, kritikan, baik yang bersifat membangun maupun yang ingin mencelah.Melecehkan wibawa negara, memecah belah suku kelompok masyarakat, agama, suku budaya tertentu, akhirnya meruntuhkan kehidupan bangsa. Mulai dari kata-kata yang kasar sampai pada pengkhianatan secara pribadi dan mengandung unsur SARA.
Ketika tidak arif dan bijaksana, maka menimbulkan mala petaka bagi pengguna. Sebab, setiap orang memiliki ukuran persepsi yang berbeda satu sama lainnya. Apalagi kalau bersentuhan dengan yang sensitif, menyangkut SARA. Bisa saja dipolitisasi sebagai akibat dari dendam kesumat politik tertentu. Arogansi kekuasaan yang memakai istilah unsur-unsur SARA. Lebih dari itu, adalah akibat dari perkembangan dunia teknologi yang merambah di seluruh sendi kehidupan sosial dari masyarakat pra-moderent menuju masyarakat post moderent. Butuh penyesuaian peradaban, dari peradaban lama, masih bersifat primitif; agraris, sederhana yang dianggap masih terasa lamban untuk menerima perubahan menuju masyarakat tatanan baru yang penuh dengan dinamika sosial yang kuat dan kental dengan media mainstrim. Terlalu euforia yang berlebihan tanpa terukur dari sisi kehidupan sosial, seperti pilihan kata-kata, ucapan, pernyataan; yang seolah-olah tanpa batas akal sehat, moralitas, tata Krama berbahasa, etika, tata Krama, sopan santun, budaya dan adat istiadat, akhlak mulia, budi pekerti luhur, tenggang rasa dan tepo salero. Ada rasa egoitis, kurang cerdas secara sosial, dan spritual. Ingin menang sendiri. Saat ini, terjadi lompatan yang besar dan dasyat seperti sebuah pesawat terbang mengalami turbulensi sosial. Timbul degradasi nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat kita sejak nenek moyang. Terjadi kemerosotan moral bangsa, terasa hilang kearifan lokal yang selalu damai dan rukun.