
Lebih lanjut, Martha mencanangkan kembali politik sebagai proyek kolektif untuk mencapai apa yang oleh Aristoteles disebut sebagai eudaimonia (kebahagiaan).
Melalui buku ini, Martha mengajak pemikiran politik untuk menggali lebih jauh perasaan eudaimonistik untuk berkembang sebagai perasaan kolektif warga negara. Tak bisa disangkal salah satu sumber kebahagiaan itu adalah perasaan positif terhadap alam.
Perasaan itu, menurut Martha, adalah bentuk cinta kasih (compassion) yang telah diwariskan turun temurun dalam peradaban manusia. Seperti yang diutarakan Lumbin, alam merupakan salah satu stimulus yang memantik kebahagiaan.
Di samping Nussanbaum, pemikir lain seperti Richard Layard, Geoff Mulgan, Jeffrey Sachs, Derek Bok, Robert dan Ed Skidelsky berkeinginan agar politik dikelolah oleh emosi cinta, kesetiaan, dan perasaan positif lainnya yang selama ini cenderung diabaikan oleh skeptisisme rasional.
Tesis ini semakin relevan setelah melihat politik saat ini yang hampir tuntas dibajak oleh gelora kemarahan, gelombang kecemasan, dan perasaan negatif lainnya. Gairah untuk menghidupkan eudaimonia politik makin mengemuka.