Dosen dan Mahasiswa STFK Ledalero Soroti Praktik Kebebasan Beragama dan HAM di Indonesia
Materi yang dibawakan Dr. Zainal Abidin Bagir ini ditanggapi oleh Prof. Dr. F.X. Eko Armada Riyanto dengan memberikan beberapa catatan kritis di antaranya ia menyebut secara-terangan bahwa kebebasan beragama tidak ada di Indonesia.
Ia menyebut beberapa contoh di antaranya beberapa lokasi di Indonesia yang sulit menguburkan orang yang meninggal karena lebih mempertimbangkan agama yang dianut orang yang meninggal itu, dan beberapa contoh lainnya.
Usai materi yang dibawakan oleh keynote speaker, dilanjutkan dengan pemaparan materi-materi lainnya yang dibawakan para narasumber dalam tujuh kelompok secara paralel. Kelompok I menampilkan tiga narasumber Fransiskus Purwanto, Th.D dan Dr. Agustinus Tri, Edy Warsono dengan moderator, Servinus H. Nahak, S.Fil, M.Th. Lic dengan tema “Ruang Belajar Gereja di Tengah Zaman Liquid.”
Narasumber lainnya Dr. Martinus Joko Lelono, SS, M.Hum (Dosen Fakultas Teolog Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (online) dengan tema “Gereja Sinode dan Pandemi Covid-19: Rekonstruksi Teologi yang Memuliakan Manusia”, Thomas Onggo (STFT Widya Sasana Malang (Online) dengan tema “Eklesiologi Digital: Tubuh Mistik Kristus di Dalam Cyberspace (Tinjauan Eklesiologi Kontekstual-Pastoral atas Fenomena Misa Live Streaming di Paroki Katedral Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel Malang)
Materi berikutnya dibawakan oleh Dr. Petrus Dori (Dosen STFK Ledalero) moderator RP. Amandus B. Klau, S.Fil, M.Th, M.I.K. dengan tema “Persaudaraan Universal: Dialog dan Edukasi.” Narasumber lainnya Andreas Bahariyanto (Mahasiswa Pascasarjana Kajian Budaya Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan Bandung membawakan materi bertema “ Sketsa Dialog Lintas Iman Abad 21:Panggilan Bagi Persaudaraan.”