Dosen dan Mahasiswa STFK Ledalero Soroti Praktik Kebebasan Beragama dan HAM di Indonesia

Selaku penanggap dalam materi ini yakni Ketua AFTI Prof. Dr. F.X. Eko Armada Riyanto dan Moderator Dr. Yohanes Monteiro. Doktor Matias Daven pada kesempatan ini menggarisbawahi bahwa kebebasan beragama di Indonesia sering dicabut dari pengalaman eksistensial. Ia menyebut soal penegakan HAM yang selalu merujuk pada ajaran agama tertentu atau merujuk pada Kitab Suci tertentu.

Menurut Matias Daven untuk menegakkan HAM maka perlu diukur dari Etika Derita di mana yang perlu dibantu adalah siapa saja yang menderita, apa pun agamanya. “Rujukan Kitab Suci sangat tidak membantu kita untuk membawa masalah HAM yang lintas agama,” kata Doktor Matias.

Sorotan lainnya disampaikan oleh Ketua STFK Ledalero, Dr. Otto Gusti Ndegong Madung; Dosen Pascasarjana STFK Ledalero, Dr. Wilhelm Djulei Conterius; Wakil Rektor Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus Ritapiret G. Hilde Tanga yang juga Dosen STFK Ledalero, da Mahasiswa Fakultas Filsafat STFK Ledalero Edy Soge.

Dr. Otto Gusti pada kesempatan ini menilai bahwa KBB di Indonesia hanya pada tataran normatif dan belum menyentuh sisi kemanusiaan dan keadilan karena masih banyak terjadi pelanggaran. Sementara RD. G.
Hilde Tanga menyoroti seputar manipulasi sejarah dan klaim kebenaran oleh pihak tertentu menjadi picu belum terwujudkan KKB dan penegakan HAM. Karena itu, Pembina Fratres Diosesan Seminari Tinggi Ritapiret itu meminta para narasumber untuk mencari solusi dalam upaya menulis sejarah secara benar.

BACA JUGA:
Peringati Harkopnas 2022, Pemerintah Terima Usulan 5 Juli Hari Ekonomi Pancasila dan Resolusi Kendal
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More