Dari Kapur ke Klik: Bagaimana Teknologi Mengubah Paradigma Pendidikan Global (Bag.II)

Oleh: Hans Chandra, Guru Penggerak & Aktor Awan Penggerak

 

Resistensi terhadap perubahan juga menjadi tantangan di berbagai tingkatan. Beberapa sekolah dan institusi pendidikan masih terjebak dalam paradigma lama yang kurang memberikan ruang bagi inovasi berbasis teknologi. Perubahan membutuhkan waktu dan sumber daya, serta komitmen untuk berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan kapasitas guru. Tanpa kesiapan yang memadai, teknologi hanya akan menjadi alat yang kurang efektif dan tidak dimanfaatkan secara optimal.

 

  1. Distraksi Digital dan Pengelolaan Waktu Siswa

Meskipun teknologi menawarkan kemudahan dan fleksibilitas, tantangan lainnya adalah gangguan digital yang datang bersamaan dengan akses yang tidak terbatas. Siswa yang memiliki akses ke internet dan perangkat teknologi tidak hanya mendapatkan akses ke materi pendidikan, tetapi juga ke berbagai bentuk hiburan digital seperti media sosial, gim daring, dan konten streaming yang mudah mengalihkan perhatian mereka dari pembelajaran.

 

Sebuah penelitian oleh Common Sense Media menemukan bahwa 50% siswa sekolah menengah di Amerika Serikat merasa terganggu oleh media sosial selama jam belajar daring. Gangguan ini menjadi lebih sulit untuk dikendalikan ketika pembelajaran dilakukan di rumah, di mana pengawasan dari guru tidak seketat di dalam kelas. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Banyak siswa melaporkan bahwa saat mengikuti pembelajaran daring, mereka tergoda untuk membuka aplikasi non-edukatif atau bermain gim, yang pada akhirnya mengurangi produktivitas dan fokus belajar.

BACA JUGA:
Keamanan Digital Kunci Menuju Masyarakat Cerdas
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More