Bodho dan Begho di Republik Seolah-Olah
Oleh Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, pernah bekerja di Deutsche Welle di Koeln dan Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum, sekarang tinggal di Jakarta.
Adapun bagi kalian yang tidak punya nyali
Bunuhlah musuhmu dengan cara melempar batu dari kejauhan
Kalau tak bisa membunuh nyawanya, bunuhlah nama baiknya
Kalau tak bisa membunuh namanya, bunuhlah dengan menyebarkan fitnah-fitnah dan kepalsuan
Tetapi kalau itupun kalian tak punya keberanian untuk melakukannya
Bunuhlah ia dengan rasa benci di dalam hatimu
Bunuhlah ia dengan membuang eksistensinya dari ingatanmu
Anggap saja ia sudah pergi
Anggap saja ia sudah mati
*
Koq nyesek ya, Bo, gak usah percaya. Itu mainan orang-orang frustrasi, kita menang Pilpres koq
Be, jangan keras-keras omong begitu. Lebih tepat saya ini dimenangkan. Kayak gak tahu aja, kamu kan yang kerja keras bagi-bagi bansos dan panggil parcok (partai coklat) serta parju (partai hijau) lalu ubah peraturan di MK, jadi deh.
Ssstt, itu antara kita aja, Namanya kekuasaan ya bisa buat apa saja. Mumpung masih berkuasa.
Tapi Be, kamu wariskan utang luar biasa besar untuk saya.
Hahahahahaaha, silahkan kamu mungut sekarang pajak dan semuanya diakal-akalin saja. Jika tidak mampu ya, buatlah seolah-olah kamu sungguhan. Namanya juga Republik Seolah-olah.
Hahaha, iyah ya. Akhirnya memang begitu dari hari ke hari, bermunafik ria ke sana ke mari. Saya sih dengar mereka bilang bahwa saya itu bukan macan tapi meong, tidak tegas tapi omon-omon yang banyak kosongnya. Lama-lama capek juga saya, Be.
Munafik-lah, ikut saja apa saya lakukan selama 10 tahun.
Tapi Be, saya mau belajar teorinya. Munafik itu apa?
Setahuku, munafik adalah orang yang mencaci makanan tapi memakannya, dan memuji makanan lain tapi membuangnya.
Hah, puitis banget. Sejak kapan kamu suka sastra.
Ya sudahlah Bo. Begini-begini saya tu bukan hanya praktisi kemunafikan tetapi pakar teori kemunafikan. Munafikologi, ilmu kemunafikan.