Berani Mengkritik

Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo

Walaupun nanti di antara mereka ada yang mengalami penyiksaan oleh majikan yang bahkan berujung pada kematian, namun tidak membatalkan niat mereka untuk berbondong-bondong pergi mencari kerja di luar negeri dengan bekal pengetahuan seadanya. Anehnya, peristiwa itu tidak mengganggu nurani pejabat.

Lagipula, bila melihat kondisi faktual saat ini, pendidikan tidak mendapat prioritas utama dan urgen. Dengan kata lain, bukan pendidikan yang menjadi panglima, tetapi politiklah yang menjadi panglima. Akibatnya adalah sumber daya manusia para pekerja kita hanya mampu menjual tenaga, para pejabat pun hanya mempertontonkan debat kusir yang dibalut sentimen, bukan argumen. Ini sekadar selingan.

Alam Demokrasi

Dalam negara demokrasi modern, prinsip kebebasan dan kesetaraan adalah dua point yang mendapat aksentuasi dalam kehidupan bernegara. Prinsip ini menjadi dasar bagi Pemimpin di Negeri Paman Sam, yang secara konsisten menerapkan sistem demokrasi yang memberi ruang bagi rakyatnya untuk mengoreksi, mengkritik dan malah menggugat kebijakan Presidennya sendiri. Bahkan gugatan yang lebih radikal lagi adalah para pengkritik mempengaruhi pemimpin negara lain untuk tidak menerima rencana program pemimpinnya.
Lebih dari itu, pemimpinnya tidak bersikap ‘alergi’ terhadap para pengkritik itu, tetapi ia mengajak mereka untuk berdialog. Dialog memungkinkan kedua belah pihak saling bertukar pikiran, beradu argumen. Dialog membongkar sekat-sekat prasangka.

BACA JUGA:
Arnoldus Janssen: Bukan ‘Siapa-Siapa’, Bukan ‘Apa-Apa’
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More