Berani Mengkritik

Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo

Sebab pada waktu itu, kebijakan ekonomi Gedung Putih dirumuskan oleh dominasi para ahli hukum dan ahli politik, bukan para ekonom. Dalam pandangan ahli hukum dan ahli politik, perdagangan internasional adalah soal menang dan kalah.

Para ekonom pun menentang pandangan itu. Bagi mereka, kerjasama yang saling menguntungkan selalu mungkin terjadi dalam perdagangan internasional. Alhasil,50 para ahli ekonomi, yang didominasi warga AS, melayangkan surat yang isinya melawan presidennnya sendiri. Mereka mengajak pemimpin negara lain untuk menolak rencana tersebut.

Cuma Penanda

Ilustrasi di atas, dalam arti tertentu, mungkin saja tidak sesuai dengan kondisi Indonesia kini. Lagipula konteks dan latarnya juga berbeda. Perbedaan itu tampak sebagai berikut. Pertama, Amerika Serikat lebih menekankan kebebasan yang sekaligus menjadi jargon utamanya. Sedangkan Indonesia, walaupun secara tekstual, kebebasan tertuang dengan amat jelas dalam konstitusi UUD 1945, namun secara kontekstual, dalam implementasinya samar-samar, ‘abu-abu’, ilam-ilam.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More