Berani Mengkritik
Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo
Dalam arti sempit, kritik dipandang buruk. Kritik dilihat sebagai ancaman. Umumnya yang amat peka (sensitif) terhadap kritik adalah penguasa yang otoriter, tiran. Dalam hal ini, penguasa Orde Baru dapat menjadi contoh yang paling sempurna. Dengan demikian para pengkritik pun dianggap sebagai musuh yang harus disingkirkan.
Dalam pengertian yang luas, kritik, justru, menjadi motivasi untuk melakukan transformasi, tetap berada dalam kesadaran. Kritik menjadi elemen yang penting dalam demokrasi. Dengan kata lain, unsur kritik adalah syarat utama demokrasi.
Orang yang melakukan kritik, umumnya, tidak disukai, dibenci, dan dijauhi. Maka dalam konteks ini, keputusan sejumlah akademisi melakukan kritik terhadap kebijakan Presiden Jokowi menunjukkan suatu keberanian.
Cara paling elegan menghadapi kritik adalah meningkatkan kecerdasan, yang hanya dapat diraih lewat belajar. Sebab hanya dengan belajar dapat merawat kejernihan pikiran dan kepekaan nurani. Belajar seumur hidup pun menemukan maknanya yang terdalam. Maka dari itu, tingkatkanlah kecerdasan dengan terus-menerus belajar. Jangan pernah berhenti belajar…!!!