
Berani Mengkritik
Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo
Itulah diri yang sejati yang mengandaikan persesuaian antara theoria dan praxis. Pengetahuan memberikan landasan kokoh untuk bertindak. Aksi adalah buah dari pengetahuan yang baik dan benar, mengafirmasi dan menjustifikasi pengetahuan.
Keduanya saling mengandaikan, tidak bisa saling meniadakan. Sebab theoria tanpa praxis adalah tidak berdaya; praxis tanpa theoria menjadi buta. Itulah yang disebut pembatinan ilmu, demikian John Manford Prior (Menukik Lebih Dalam hal. 35). Dalam bahasa yang sederhana, perkataan dan perbuatan sejalan, seirama.
Dengan demikian dapat dikatakan, ilmu menuntun orang kepada kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Dengan kata lain, nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan adalah landasan pijak dalam keseluruh hidup setiap orang. Mengabaikan nilai-nilai tersebut sama dengan mendatangkan masalah, memelihara kebohongan. Persis inilah yang terjadi dengan kondisi Indonesia saat ini.
Salah Paham
Kalau mencermati cara orang, pada umumnya, terlebih penguasa, bereaksi terhadap kritik, sikap yang amat menonjol adalah protektif. Sikap protektif ini bukanlah soal, bila kritik direspons dengan argumentasi rasional. Sikap ini menjadi masalah, justru, karena tanggapan yang diberikan berbasis sentimen.