Belajar dari Real Madrid: Veni, Vidi, Vici (Catatan Lepas Apresiasi untuk Perjuangan Real Madrid di Liga Champions)
Oleh Walburgus Abulat, S.Fil (Wartawan Senior, Penulis Buku, dan Peminat Bola)
Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte yang hidup dalam rentang waktu 1769-1821 misalnya menggunakan jargon ini untuk melukiskan keberanian dan kemasyhurannya sebagai sosok pemimpin yang tak gentar melawan siapa pun di zamannya.
Bermodalkan pendidikan kemiliteran yang tangguh dan ulet, Napoleon menjalani hidupnya di atas pentas keberanian patriotisme prajurit yang tak kenal menyerah. Kecakapannya berperang sangat menonjol menjadikan Napoleon sebagai seorang pribadi yang disegani, dan yang mengantarnya menuju beberapa kesuksesan besar dalam berperang. Beberapa bangsa besar pun terpaksa harus mengakui kebesarannya setelah berturut-turut ditaklukkannya. Ia dikenal kawasan dunia sebagai pejuang tangguh dan peraih kemenangan gemilang. Tak salah ia pun membingkai semangat perjuangan dan kemenangannya dalam semboyan bermakna “Veni, Vidi, Vici”__Datang, Lihat dan Menang.
Penulis sendiri pernah menggunakan jargon ini dalam sebuah tulisan opini di Majalah Mingguan Hidup Nasional Edisi 4 Februari 1996 dengan judul “Veni, Vidi, Vici” untuk menggambarkan betapa pentingnya mewujudkan semangat perdamaian dan persaudaraan di Indonesia dalam upaya membatinkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang berke-Tuhan-an, berkemanusiaan, Persatuan, permusyawaratan, dan berkeadilan dalam praksis hidup keseharian warganya.