Hemat saya, Baliho Politik memang urgen. Dia hadir sesungguhnya dengan intensi yang lebih substansial, yaitu : sebagai media edukasi untuk memperkenalkan esensi demokrasi bangsa kita demi pembangunan demokrasi itu sendiri. Ia bukan sekedar dituntut untuk memperkenalkan bagaimana cara memberikan suara dalam bilik suara, tetapi juga pikiran, ide dan gagasan bagi pembangunan di hadapan masyarakat calon pemilih. Barangkali, sebagian masyarakat calon pemilih, tidak terlalu memperhatikan pemikiran, ide dan gagasan pada Baliho ( semestinya ada ), tetapi lebih memperhatikan nama Politikusnya, fotonya, nomor urutnya dan Partai Politiknya untuk pada akhirnya memudahkannya pada saat eksekusi pencoblosan di TPS.
Acap kali, di setiap lima tahunan Pemilu, masyarakat selalu mempunyai banyak harapan kepada para Politikus yang maju dalam konstelasi Politik. Tantangannya adalah, apakah para Polikus mempunyai pikiran, ide dan gagasan yang besar dan akurat untuk menjawabi harapan masyarakat ? Dan masyarakat calon pemilih, apakah hanya sebatas mengenal para Politus karena unsur ” kekitaan ” yang melekat, sementara untuk pikiran, ide dan gagasan tidak ?