“Mba Ayu, segera isolasi ya, kamu dan Kel datang dari luar daerah, kondisi perjalanan kamu yang padat tak menjamin kamu dan Kel terbebas dari corona” begitu pesan yang kukirim untuknya, dua hari lalu, sejak ia tiba di kampungnya.
“Mas Rafael, terima kasih, dan mohon doanya. Ibu dan bapaku sedang sekarat, terpapar corona. Aku dan masku beserta anakku diisolasi. Kami semua positip”.
“Busyeetttt , kok bisa? Kamu yang kuat, dan semoga cepat sembuh.” pesanku menguatkanya.
Rupanya ini pesan terahkir, sekaligus percakapan kami yang terahkir semalam, sebelum saya tertidur pulas. Tadi pagi, keriuhan dan pesan duka membanjiri group Whatsupp kantorku.
Mba Ayu pergi, bersama dua orangtua selamaya ke rumah keabadiann. Ia divonis positif corona. Bersamanya dua orangtuanya juga terpapar Covid-19. Kepergianya persis sehari menjelang lebaran, hari kemenangan baginya. Ia pergi di bulan suci, sesuci hatinya yang selalu menebarkan kebaikan. Semua orang punya kesan, ia baik dan sungguh baik.