Namun, manisnya kurma tak semanis kisah cintanya. Ia ditinggalkan dengan kondisi berbadan dua. Keberadaan pria brewok, berparas tampan raib, ditelan bumi. Tak ada kabar. Hatinya hancur berkeping-keping.
Tapi itu dulu, kisahnya itu sudah dikuburkannya dalam-dalam. Anak gadis hasil kecelakaannya dengan pria Arab itu sudah bertumbuh jadi gadis remaja yang cantik, soleha.
Saya kecewa, ia ternyata memilih pulang. Kuharap ia dan Kel menjadi satu dari sekian pemudik yang disuruh putar balik di gerbang penyekatan itu. Tidak! Ia bernasib baik sebab tumpahan pengendara motor itu tak berbendung, petugas memberikan diskresi, mba Ayu dan Kelu lolos hingga sampai kampung halaman.
Semoga ia bahagia. Berjumpa dengan keluarga, merawat emak dan babe yang sakit-sakitan. Begitu katanya suatu ketika. Ini pula alasan yang menguat baginya untuk segera pulang.
Tapi jauh hari sebelumnya sejak covid melanda, ia selalu khawatir dengan kondisi emak dan babe di kampung. Kerisauannya bertambah sebab seminggu lalu, kampungnya dinyatakan bagian Zona Merah, 5 keluarga terpapar dan sedang diisolasi. Tapi berita ini tak membuatnya takut, kerinduannya akan emak dan babe membuncah, dan ia pulang.