Seorang staf berteriak, memanggil mba Ayu pagi itu, kebiasaan di setiap pagi jika memulai aktifitas di kantor. Biasanya dengan suara halus, Ayu menjawab: “Opo to mba, opo to mas, Ora Iso dumeng,
wes pelan-pelan nopo to”
Tidak pagi ini. Tak Ada suara menjawab. “Ayu , pulang mudik to?” Kok Kita tak diberitahu?
Mereka terus ngomel, namun sesungguhnya mereka rindu mati. Ayu, bukan saja teman curhat yang baik, tapi sosok yang dijuluki “the solver problem mom” bagi mereka yang sedang galau tingkat dewa. Dan juga yang sedang putus cinta. Kepadanya segala masalah ditumpahkan. Ia seperti baksom besar yang siap menampung air kesedihan dari setiap jiwa-jiwa penghuni ruangan yang umumnya berusia setengah matang alias labil.
Suasana sepi seharian. Mereka anak gadis-gadis seperjuanganku itu, berkutat dengan kerjaannya, tak sekalipun bersuara. Sekali-kalinya jari mereka menari-nari menekan huruf pada ponsel, mengirim pesan kepada Ayu. Selama itu pula mulut mereka nyerocos tak berhenti, khas emak-emak yang sedang ngegas sopir angkot yang berani menikungnya di perlintasan Sudirman.