Anakan Bakau Antar Pasutri Asal Sikka Duduk Satu Meja dengan Presiden SBY

Oleh: Walburgus Abulat, S.Fil (Alumnus STFK Ledalero dan Ketua Redaksi Majalah Biduk Seminari Tinggi Ritapiret 1996-1997)

Nenek Anselina Nona mengaku bahwa sejak suaminya berkomitmen untuk menanam bakau pada tahun 1993, tepatnya  beberapa bulan pasca gempa tsunami yang memporak-porandakan Pulau Flores, khususnya Kabupaten Sikka 12 Desember 1992,  ia setia membantu suaminya menanam anakan bakau.

“Kami menanam anakan bakau sejak tahun 1993. Jumlah yang ditanam saat itu seribu pohon. Awalnya, saya tidak setuju dengan ide suami saya. Namun, setelah suami saya meyakinkan saya bahwa tanaman bakau bisa mencegah tsunami sehingga tidak terjadi bencana seperti tsunami 12 Desember 1992, maka saya ikhlas membantu suami,” kisah Nenek Anselina.

Pada tahun-tahun berikutnya, lanjut Nenek Anselina, suaminya mengupayakan pembibitan anakan bakau di dalam polybag. “Karena stok polybag kurang, maka suami meminta saya untuk menjual kalung saya
untuk membeli polybag. Awalnya, saya tidak setuju dan merasa janggal. Tapi, saat itu, suami saya yakinkan saya bahwa ia akan mengganti kalung itu dari usaha bakau yang ia dan saya tanam. Saya pun akhirnya,
menyetujui untuk menjual kalung emas. Hasil jualan kalung itu, kami gunakan untuk membeli polybag sebanyak 50 kg,” tuturnya.

BACA JUGA:
Lepas Ekspor Mobil Perdana ke Australia, Jokowi: Ini Bukti Kualifikasi SDM Indonesia Sangat Baik
Berita Terkait
1 Komen
  1. Fianda Briliyandi berkata

    Artikel yang bagus, terimakasih sharingnya, silahkan kunjungi

    website kami

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More