Ampera, si Anjing Kesayanganku
Upaya Bebas dari Kebringasan Arkaik "Homo Necans" (Cerpen Fransis Borgias*)
Aku pun berteriak histeris dan menangis sejadi-jadinya, meratapi si Ampera. Tega sekali mereka melakukan hal itu. Aku sama sekali tidak menduga bahwa mereka akan melakukan hal seperti itu di depan mata seorang anak kecil. Dan tragisnya lagi aku sama sekali tidak berdaya untuk menolong si Ampera: “Ah kalian sudah melanggar janji kalian.” Begitu teriakku protes. Tetapi tidak ada yang menggubris aku.
Melampaui Kebringasan “Homo Necans”
Pada saat itu saya membayangkan: “Oh entah apa yang ia “pikirkan” di saat-saat akhir meregang nyawanya tentang sahabat kecilnya.” Aku hanya berdoa semoga dia mengampuni aku dan tetap sayang padaku, walaupun akulah yang telah membawa dia ke dalam pencobaan ini dan juga tidak berhasil membebaskannya dari yang jahat. Betapa pedihnya perasaanku pada saat itu.
Tidak lama sesudah itu saya mendapat penjelasan tentang keganasan orang-orang itu pada saat itu. Konon katanya, anjing paling kuat menahan nafas kalau pura-pura mati. Maka pada pukulan pertama, memang ia tampak mati, tetapi itu hanya strategi saja. Kalau si penyerang lengah, maka ia akan lari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan diri. Rupanya para penyerang itu sadar akan hal itu. Sehingga mereka tidak hanya berhenti dengan memukul saja, melainkan dilanjutkan juga dengan memotong kakinya pas di mata kakinya, depan dan juga belakang. Dan aku saksikan semuanya itu dengan mataku. Darah kehidupan muncrat ke tanah.