Wisata Literasi: Menumbuhkan Kecintaan Siswa Terhadap Budaya Lokal
Dengan penuh semangat para siswa menjadi semakin terlatih bereksplorasi alam: mengenal alam dan segala isinya. Pengamatan siswa semakin terlatih dalam mengenal objek lebih banyak dan semakin tajam dan teliti dalam mengenal setiap objek yang diamati. Sebuah kekayaan terkumpul sebagai pengetahuan dan informasi bagi siswa. Semua hasil pengamatan mereka ditulis di buku tugasnya sesuai perintah dan suruhan gurunya sebelum berangkat berwisata. Sebuah persiapan yang baik dan terstruktur dari pihak sekolah untuk siswanya. Hasil kerja siswa pun akan dilaporkan di depan kelas sebagai tagihan guru. Setelah membuat pengamatan terhadap fenomena alam dan budaya tertentu, siswa menuliskannya untuk dilaporkan. Hasil laporan yang dibacakan di depan kelas menjadi bahan penilaian guru terhadap kerja siswa. Bukankah siswa sedang berwisata literasi di alam terbuka?
Ternyata ada banyak objek wisata di sekitar siswa yang dapat dijadikan tempat berwisata yang oleh pihak sekolah dicanangkan kegiatan berwisata literasi. Rumah adat, umpamanya, adalah satu objek wisata yang kaya akan simbol dan filosofi hidup manusia. Dan tak diragukan, guru selalu punya strategi khusus untuk mengenalkan rumah adat sebagai bangunan tradisional itu kepada siswa. Siswa dihantar ke lokasi sambil memerhatikan bentuk bangunan, bahan bangunan yang digunakan, cara pengerjaan, hingga menemukan seni keindahan yang menempel kuat pada bangunan itu. Bentuk bangunan yang demikian besar lagi rumit dengan perabotan yang relatif berat itu berbicara tentang kerja sama dan gotong royong dari semua warga kampung. Bangunan yang berdiri tegak dan megah di tengah kampung itu sedang mengisahkan pengorbanan dan perjuangan para warga kampung. Kebersamaan dan persatuan warga kampung menjadi kekuatan dahsyat dalam menghasilkan sebuah bangunan rumah adat, keindahan, dan memiliki nilai seni yang tinggi yang menempel pada dinding bangunan itu.