Sambil tersenyum Sr. Nikolin katakan: “Molo gha ema nara jao. Kena tugas kita. Mawe-mawe pasti nge. Ema nara biar tuka beje nge wado dua zele wolo. Baiklah bapak-saudaraku. Itu tugas kita. Pelan-pelan pasti bisa. Saudaraku yang gendut bisa pulang pergi ke dataran tinggi. Saya harus bisa”. Sambil tertawa saya menjawab: “Betul sekali. Sr. Nikolin pasti bisa. Sapaan, senyuman dan cinta istimewa dari umat menguatkan kita. Mereka selalu menghadirkan sukacita lahir dan batin. Saya sudah mengalaminya”.
Saya mencatat dalam ingatan bahwa para suster SSpS secara resmi bekerja di paroki Ratesuba tanggal 15 Januari 2002. Sehari sebelumnya pastor paroki, kapelan, Dewan Paroki, mosalaki, pimpinan pemerintah kecamatan, desa dan seluruh umat menerima para suster dengan sukacita. Sr. Tarsisia Gemma Galgani SSpS, Sr. Ursula SSpS dan Sr. Ermelinda Nur SSpS merupakan misionaris perdana. Kami menyiapkan rumah sederhana di samping gereja Maukaro sebagai biara sementara. Umat mengumpulkan makanan sayuran untuk mendukung kehidupan para suster. Bahkan almarhum Vitalis Teti dan istrinya Vero menyiapkan dan menanam padi di beberapa petak sawah mereka.