Saya mengenal Sr. Nikolin bulan Januari tahun 2003. Saat itu saya bertugas sebagai pastor paroki St. Vinsensius A Paulo Ratesuba. Seorang wanita berkerudung biru datang ke pastoran. Dia datang “melapor dan memperkenalkan diri”. Dia tahu saya berasal dari Wolorowa-Ngada. Karena itu ia menyapa dengan bahasa Bajawa: “Selamat siang le ema nara pastor paroki. Jao Sr. Nikolin SSpS, isi Radha – Bajawa. Jao mai punu be’o ema nara. Jao dhapa tugas lau komunitas Maukaro. Selamat siang bapak-saudara. Saya Sr. Nikolin SSpS dari Radha-Bajawa. Saya datang memberitahu bapak-saudara. Saya mendapat tugas baru di komunitas Maukaro”.
Saya menjawab: “Terima kasih ine weta (Mama-Saudari). Selamat datang dan selamat mengalami kehidupan bersama umat Maukaro dan keluarga besar paroki Ratesuba. Kehadiran ine weta tentu membawa rahmat tersendiri bagi kami. Sambil menunjuk ke arah dataran tinggi paroki Ratesuba, saya katakan: “Inilah medan pelayanan kita. Suster pasti akan banyak berjalan kaki, melewati sungai, mendaki dan menurun bukit. Lumayan jauh dan sulit bila dibandingkan dengan perjalanan dari Radha ke Naru atau Radha ke Bajawa. Tapi jangan takut”.