Uskup Sensi di Mata Uskup Manokwari-Sorong Mgr. Datus Lega
Oleh Mgr. H. Datus Lega, Uskup Manokwari – Sorong.
Ketiga, Terus terang, saya kenal intensif Sensi. Ia salah seorang rekan senior yang episkopabilis. Meski saya lebih dahulu menjadi Uskup (2003), saya yakin Sensi bakal menjadi Uskup pula (2006). Ia Uskup pertama Keuskupan Maumere. Lantaran tugas yang sama setiap tahun pasti berjumpa sejak tahun 2006 itu dalam rapat tahunan Konfrensi Wali Gereja (KWI). Pertemanan seperti seiring seperjuangan. Dari rekan Uskup NTT yang suka sekali saya candai (baca: ganggu-ganggu), kecuali Mgr. Frans Kopong Kung, ya Sensi itulah. Sensi dari angkatan imamat 1980. Kopong dari 1982, dan saya dari tahun 1984. Dekat-dekatlah. Itulah pertemanan.
Keempat, Satu yang mengikat kami bersama, hemat saya adalah bahwa kami berbangga menjadi uskup dari sebuah alma mater yang sama, Ritapiret.
Lama sekali sesudah Izak Doera menjadi Uskup di Sintang Kalbar (1977) baru datang Longinus da Cunha sebagai Uskup Agung Ende (1996). Ini dua alumni kebanggan Ritapiret. Mereka ini seperti bidan yang melahirkan dan guru yang meloloskan serta ilham yang memunculkan barisan uskup-uskup jebolan Ritapiret. Ben Bria di Denpasar (2000), Kopong 2001 di Larantuka, saya 2003 di Sorong, Sensi 2006 di Maumere, kemudian ditransfer ke Ende 2007; Domi Saku (2007) di Atambua. Lalu, hampir berturutan muncul Silvester San, Hubert Leteng, Norberto Amaral, dan Edwaldus Sedu, serta Sipri Hormat.