Urgensitas Manajemen Kesiapsiagaan Bencana versus Solidaritas Kemanusiaan Korban Gunung Lewotobi

Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Penulis Buku, dan Pegiat Kemanusiaan)

“Kebanggaan kita hanya jembatan untuk mencapai derajat  kemanusiaan yang sempurna, bukan untuk memuaskan diri kita sendiri. Sekali-kali  bukan untuk merusakkan pergaulan kemanusiaan.”

Kiranya refleksi kritis Sutan Syahrir ini memacu kita semua untuk terus memberikan pelayanan  yang tulus, terus merajut kesiapsiagaan untuk memaknai  dan menghadapi  setiap bencana alam demi  pematangan pembaktian diri kita pada nilai-nilai kemanusiaan universal, terutama dalam misi kemanusiaan untuk bersolider dengan para korban gunung api Lewotobi Laki-Laki yang menelan korban jiwa 9 orang dan ribuan warga yang diungsikan serta memporakporandakan pelbagai sarana dan prasarana.

Mari kita menyatukan hati dan bersolider dengan para korban dalam bingkai  Kesiapsiagaan Bencana  dan aksi nyata untuk bersolidaritas dengan sesama para korban Gunung Api Lewotobi di bawah satu tekad untuk sehati-sejiwa bersolider dengan para korban  Gunung Api Lewotobi Laki-Laki, hic et nun (kini dan saat ini). ***

BACA JUGA:
Lima Umat Katolik Baptisan Perdana di Keuskupan Ruteng, Kado dari Jengkalang nun Jauh di Sana Untuk Indonesia dan Dunia
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More