Urgensitas Manajemen Kesiapsiagaan Bencana versus Solidaritas Kemanusiaan Korban Gunung Lewotobi

Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Penulis Buku, dan Pegiat Kemanusiaan)

Tim yang terlibat dalam misi  kemanusiaan itu memperlihatkan solidaritas, kerja sama (team work), suasana persaudaraan, kerja sama, sikap tolong menolong, dan pelbagai nilai positif lainnya yang melampaui sekat suku, agama, ras dan antargolongan.

Kepedulian kemanusiaan dan wujud kesiapsiagaan bencana  di atas memberi warna tersendiri  dan kekuatan di kalangan warga  yang berduka dan korban bencana untuk merajut dalam sebuah lembaran kehidupan  baru. Suatu lembaran yang memberi ruang  untuk saling menolong, peduli terhadap sesama, rela berkorban, dan aspek kemanusiaan lainnya.

Suatu lembaran baru yang membuka tirai dan cara berpikir pelbagai elemen bangsa bahwa kekuatan alam  seperti gempa, letusan gunung api, erupsi, tsunami dan aneka kebencanaan lainnya memiliki magnet  dan daya tarik untuk senantiasa memberikan ruang  bagi siapa saja  melalui ketulusan pengabdian dan pelayanan tanpa pamrih, ikhlas menolong, dan saling meneguhkan.

Musibah kebencanaan ini juga menjadi suatu lembaran baru yang juga menyadarkan warga bahwa manusia apa pun agama, suku, ras dan golongannya  harus bersahabat dengan alam dan pentingnya membangun relasi yang saling menguntungkan dengan alam melalui upaya pencegahan bencana secara dini, tingkatkan kesiapsiagaan, pentingnya memaknai mekanisme kebencanaan dan pentingnya mematuhi pelbagai hal yang disampaikan oleh pihak yang berkompeten.

BACA JUGA:
Ketika Peserta Sinode II KUM Antusias Ikuti Rapat Mini dan Midi Bahas Pemberdayaan  Pastoral Menuju Komunitas Pembebasan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More