Urgensitas Manajemen Kesiapsiagaan Bencana versus Solidaritas Kemanusiaan Korban Gunung Lewotobi
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Penulis Buku, dan Pegiat Kemanusiaan)
Pasca bencana yang menyebabkan korban jiwa dan meluluh-lantakkan pelbagai sarana dan prasana, termasuk 4 lembaga pendidikan yakni SMPK Sanctissima Trinitas Hokeng, Seminari SanDominggo Hokeng, SDI Klatanio, dan SDI Wolorona, pelbagai elemen masyarakat terpanggil untuk melakukan misi kemanusiaan peduli dengan para korban.
Beberapa kembaga yang terlibat dalam aksi kemanusiaan ini diantaranya Gereja Keuskupan Larantuka, para kongregasi atau komunitas pelbagai ordo/tarekat imam, para suster, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Flores Timur, Basarnas Maumere, pimpinan/organisasi TNI/Polri, PVMBG, PMI, dan sejumlah organisasi kemanusiaan lainnya.
Mereka yang terpanggil dalam misi kemanusiaan ini bergerak bersama dan atau ada bersama dalam suatu wadah tertentu untuk menerjemahkan secara konkret bentuk tanggung jawab mereka dalam upaya meringankan penanganan terhadap para korban akibat bencana erupsi lava panas gunung api Lewotobi Laki-Laki itu.
Sebagaimana kita ketahui, pasca terjadinya erupsi Gunung Api Lewotobi Laki-Laki itu, tampak pemerhati kemanusian dan otoritas pemerintah terlibat aktif dalam aksi mengevakuasi jenazah, mengevakuasi pengungsi; menggalang bantuan dan mendrop bantuan, dan aksi kemanusiaan lainnya.