Tubu, Tempat Sakral dan Pusat Ritual Adat Suku Palue

Oleh: Laurensius Alfrino Landi (Mahasiswa Program studi Ilmu Komunikasi UNIPA Maumere)

Ritual ini dilaksanakan dengan cara menyembelih seekor babi dan dilakukan waktu sore hari oleh lakimosa, yaitu kepala adat yang bertugas melakukan ritual adat di Tubu. Setelah itu, lakimosa mengumumkan untuk “Phije” yang artinya tidak boleh beraktivitas selama tiga hari.

Mea Maba adalah ritual yang dilakukan untuk mengucapkan terima kasih kepada Era Wula Watu Tana atas segala nikmat dan karunia yang diberikan. Ritual ini biasanya dilakukan setelah panen atau mendapatkan hasil yang baik dari usaha. Togo adalah tarian adat yang dilakukan sebelum dan sesudah ritual adat yang cukup besar, seperti Pati Karapau. Tarian ini melibatkan seluruh anggota masyarakat yang berpakaian adat dan membawa alat musik tradisional. Pati Karapau adalah ritual yang paling besar dan sakral, yaitu menyembelih seekor kerbau sebagai korban tertinggi kepada Era Wula Watu Tana. Ritual ini dilakukan untuk memperingati peristiwa penting dalam sejarah suku Palue, seperti perang, bencana, atau migrasi.

“Ritual adat di Tubu sangat berkaitan dengan kepercayaan kami kepada Era Wula Watu Tana dan leluhur kami. Kami percaya bahwa dengan melakukan ritual adat di Tubu, kami akan mendapatkan perlindungan, keselamatan, kesejahteraan, dan keharmonisan dari Era Wula Watu Tana dan leluhur kami,” ujar Okto Wera, pembicara adat desa Tuanggeo yang dihubungi pada Kamis, 14 Desember 2023.

BACA JUGA:
Temui Warga Terdampak Bencana, Bupati Belu: Kerusakan Segala Macam Agar Dilaporkan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More