Tanah Air Kita, Tanah Surga?

Oleh Dionisius Ngeta (Asal Nangaroro-Nagekeo, Tinggal Di Maumere)

Visi penegakan peradaban dan moralitas agama makin kurang ditunjukkan. Bahkan sebagian ingin menggantikan Pancasila dengan “khalifah”. Satu agama dipaksakan menjadi agama negara oleh mereka yang memiliki nafsu ideologi Pancasila digantikan dengan ideology agama. Hasilnya adalah radikalisme dan terorisme.

Tanah air kita, tanah surga dan kolam susu masih terus ternoda. Harapan dan cita-cita para pejuang masih jauh tercipta, di tanah kita, tanah surga. Fanatisme, radikalisme dan terorisme sesungguhnya bukan hanya musuh bersama di tanah air kita, tetapi musuh kemanusiaan yang harus diberantas.  Agama harus menjadi pengikat dan perekat di tengah kebhinnekaan. Keadaban dan peradaban manusia harus lahir dari penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keagamaan.

            Indonesia, tanah-air kita tanah surga bukanlah sebuah konstruksi keberadaan yang telah selesai. Indonesia bukan sebuah proyek yang sekali jadi. Demikian juga dalam tataran politik dan demokrasi. Ada dan keberadaan Indonesia, tanah-air kita untuk menjadi “tanah surga” dan “kolam susu” adalah sebuah proses mencari dan menjadi yang belum selesai.

BACA JUGA:
DPR: Mosa Oa Daki Pai, Mosa Ata Pidi, Daki Ata Ti’i
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More