Tanah Air Kita, Tanah Surga?

Oleh Dionisius Ngeta (Asal Nangaroro-Nagekeo, Tinggal Di Maumere)

Fakta miris lain adalah persoalan HAM yang menggoreskan luka dan darah. Di antaranya kasus penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh jenderal Angkatan Darat, penangkapan, penahanan dan pembantaian masa pendukung yang diduga sebagai PKI.  Semua pelanggaran  ini menyisakan persoalan hukum hingga hari ini dan yang mencoreng wajah tanah kita, “tanah “surga” dan “kolam susu”.

Setelah Soeharto ditumbangkan, Indonesia “tanah surga” memasuki era baru yakni reformasi. Sebuah era di mana demokrasi bukan hanya mimpi dan hiasan dinding tapi jadi nyata dan dibumikan. Keran kebebasan berbicara, mengeluarkan pendapat, berkumpul dan berorganisasi dibuka. Tapi provokasi, fanatisme, premanisme, radikalisme dan bahkan terorisme tumbuh berbarengan di tengah eforia kebebasan.

Atas nama HAM dan Agama orang bebas berbicara. Privasi agama menerobos masuk mencampuri urusan  publik bahkan politik. Atau sebaliknya, urusan publik dan agama dicampuradukan dengan politik. Peran Agama dan sarana prasarananya kian dicampuradukan dengan kepentingan-kepentingan sesat dan sesaat.

BACA JUGA:
Tower Telkomsel Bakti di Tureng Mengudara, Warga Dusun Tureng Bersorak Gembira
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More