Fakta miris lain adalah persoalan HAM yang menggoreskan luka dan darah. Di antaranya kasus penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh jenderal Angkatan Darat, penangkapan, penahanan dan pembantaian masa pendukung yang diduga sebagai PKI. Semua pelanggaran ini menyisakan persoalan hukum hingga hari ini dan yang mencoreng wajah tanah kita, “tanah “surga” dan “kolam susu”.
Setelah Soeharto ditumbangkan, Indonesia “tanah surga” memasuki era baru yakni reformasi. Sebuah era di mana demokrasi bukan hanya mimpi dan hiasan dinding tapi jadi nyata dan dibumikan. Keran kebebasan berbicara, mengeluarkan pendapat, berkumpul dan berorganisasi dibuka. Tapi provokasi, fanatisme, premanisme, radikalisme dan bahkan terorisme tumbuh berbarengan di tengah eforia kebebasan.
Atas nama HAM dan Agama orang bebas berbicara. Privasi agama menerobos masuk mencampuri urusan publik bahkan politik. Atau sebaliknya, urusan publik dan agama dicampuradukan dengan politik. Peran Agama dan sarana prasarananya kian dicampuradukan dengan kepentingan-kepentingan sesat dan sesaat.