Tanah Air Kita, Tanah Surga?

Oleh Dionisius Ngeta (Asal Nangaroro-Nagekeo, Tinggal Di Maumere)

Para pendiri bangsa telah merumuskan harapan dan ikhtiar bersama di atas dengan sangat jelas: “bumi dan segala isinya dikuasai oleh Negara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. “Tanah surga” bisa jadi nyata jika harapan dan ikhtiar itu menjelma menjadi cita-cita dan spirit bersama untuk hidup dalam damai, bersatu dalam keberagaman, sejahtera dan makmur dalam kebersamaan, bebas dan berdaulat dalam keimanan.

“Berbangsa, berbahasa dan bertanah air satu” menjadi spirit perjuangan menuju kesatuan dan persatuan demi keutuhan bangsa dan terciptanya “suasana surga” di tanah air kita. Dalam keanekaragaman daerah, suku, agama dan kebudayaan, para pejuang telah mencucurkan keringat bahkan darahnya demi terwujudnya cita-cita bersama itu yakni Indonesia Raya, “tanah surga” yang makmur dan sejahtera. Demi negara dan bangsa mereka mengorbankan darah bahkan nyawanya. Spirit is bone, demikian Hegel.

Tapi korupsi, kolusi, nepotisme, permusuhan, ketakutan, premanisme, provokasi, ketidakadilan, berita bohong, kemiskinan apalagi fanatisme, terorisme dan radikalisme adalah neraka yang membahayakan keselamatan negara dan tanah air kita, “tanah surga” tercinta.

BACA JUGA:
Kasih Tanpa Batas, Etika Bisnis Menurut Ajaran Sosial Gereja
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More