
Suasana Keluarga Tentukan Optimalisasi Potensi Anak
Yosep Bala Makin (Penulis Bekerja di Mbojo-Bima NTB)
Adagium ini mengaktifkan memori kita akan waktu sekian puluh tahun silam. Yang tak punya pengalaman itu biar cukup membaca dari sini. Malam hari menjelang tidur, sesudah makan malam ayah atau ibu bercerita dongeng di tempat tidur. Cerita dongeng dimaksud supaya anak cepat tertidur setelah seharian anak bermain dan beraktivitas belajar. Kelelahan bermain, belajar, dan bekerja di siang hari dapat terpulihkan dengan tidur yang cukup. Fisiknya yang sedang dalam proses pertumbuhan diberikan perhatian dengan istirahat yang cukup pula. Maka, ayah selalu punya waktu dan kesempatan bersama anak. Di tempat tidur itulah, sebagai penghantar tidur, ayah bercerita dongeng kepada anak. Anak senang mendengar dan menyimak karena selalu ada cerita dongeng baru. Gaya bercerita pun selalu baru dan variatif. Cerita dongeng semalam dapat dilanjutkan atau diulang lagi karena sebelum selesai anak sudah tertidur duluan. Anak dibiarkan tidur lelap. Besok malam diulang lagi. Ternyata, ayah tidak sekadar bercerita dongeng: tokoh hebat yang membuat anak terkagum, tokoh dengan latar belakang sedih membuat anak terharu dan meneteskan air mata, jatuh kasihan, tokoh pemberani berhasil membangkitkan semangat anak dan mau meneladani. Sang ayah kaya akan gaya dalam bercerita. Ayah jadi guru di kamar tidur anak. Ayah menyampaikan isi cerita dongeng itu dan mengakhiri dengan menyampaikan pesan/amanat dari cerita dongeng itu buat anak. Sang ayah memberikan nasihat, mengajari anaknya berbuat yang baik, berlaku sopan dan tahu menghormati dan menghargai orang lain. Tentu saja, pada siang hari ayah dapat memantau kesibukan anak entah belajar, bermain dengan teman, bergaul dengan orang lain, tata cara berkomunikasi dengan teman, orang lain, dan itu akan menjadi bahan yang menarik dalam menyampaikan pesan dari cerita dongeng.