Suasana Keluarga Tentukan Optimalisasi Potensi Anak

Ada adagium yang sering didengar bahwa pendidikan pertama kali terjadi di kamar tidur anak, bukan di ruang kelas. Pasti ada yang tersenyum kalau bukan kaget. Yang lain beranggapan itu tidak benar maka tidak setuju. Bila ada yang tersenyum sinis, bahkan menolak adagium itu berarti itu pertanda buruk. Buruknya adalah ada upaya menghindar dari tanggung jawabnya sebagai orang tua. Buruknya adalah keluarga bukan lagi menjadi yang pertama untuk pendidikan anak. Bahkan tidak lagi bertanggung jawab terhadap pendidikan karakter anak dengan memberikan pendampingan secukupnya dan teladan yang patut diteladani. Keluarga tidak lagi menjadi pendidik pertama ketika anak hadir di tengah keluarga. Keluarga tidak lagi menjadi contoh untuk anak. Ada banyak alasan soal kesibukan dengan urusan ekonomi keluarga dan urusan kemasyarakatan sehingga dengan alasan itu sekolah mengambil alih pendidikan karakter anak. Seakan anak diserahkan sepenuhnya pada lembaga pendidikan dan membiarkan menteri pendidikan dan guru di sekolah yang boleh bertanggung jawab penuh untuk pendidikan karakter anak. Berarti gagalnya keluarga dalam pembentukan karakter anak, akhirnya sekolah, lembaga pendidikan mengambil alih soal pendidikan karakter anak. Dengan jelas kurikulum pendidikan nasional mengaturnya. Karena rumah tidak lagi menjadi tempat pertama pendidikan dan pembentukan karakter anak. Keluarga tidak mau merepotkan diri dengan pendidikan karakter anak. Urusan finansial dan ekonomi rumah tangga sajalah yang menjadi fokus perhatiannya. Adagium itu mengisyaratkan bahwa keluarga adalah tempat pertama dan penentu proses perkembangan dan pertumbuhan anak. Pendidikan dasar paling pertama untuk anak adalah keluarga.