
Solidaritas dalam Keragaman: Visi Masyarakat Inklusif Paus Fransiskus
Oleh Yovita Daud, Mahasiswi STIPAS St. Sirilus Ruteng
Visi ini sangat relevan dengan konsep inklusif sosial. Inklusif sosial bukan hanya tentang menyediakan akses yang sama. Lebih dari itu, inklusif sosial adalah tentang menciptakan lingkungan di mana setiap individu merasa dihargai, diterima, dan memiliki rasa kepemilikan. Ini adalah tentang memastikan bahwa suara-suara minoritas didengar, bahwa hak-hak mereka dihormati, dan bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan bermasyarakat.
Paus Fransiskus secara khusus menyoroti beberapa kelompok yang sering terpinggirkan:
- Pengungsi dan Migran: Beliau secara konsisten membela hak-hak mereka, mendesak negara-negara untuk membuka pintu, dan melihat mereka bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai saudara-saudari yang membutuhkan perlindungan. Visi Paus adalah masyarakat yang tidak membangun tembok, tetapi membangun jembatan.
- Kelompok Difabel:Paus Fransiskus sering kali menegaskan bahwa penyandang disabilitas adalah karunia bagi masyarakat, bukan beban. Beliau mengajak kita untuk melihat melampaui keterbatasan fisik atau mental, dan menghargai kekayaan yang dibawa oleh setiap individu.
- Masyarakat Adat: Beliau menyerukan penghormatan terhadap budaya dan kearifan lokal, serta perlindungan terhadap tanah dan hak-hak masyarakat adat yang sering kali menjadi korban eksploitasi.
- Lansia:Paus mengajak kita untuk menghargai pengalaman dan kebijaksanaan para lansia, dan menolak pandangan bahwa mereka tidak lagi produktif.
Visi Paus Fransiskus tentang masyarakat inklusif adalah sebuah panggilan moral bagi kita semua. Ini bukan hanya tugas pemerintah atau lembaga-lembaga sosial, tetapi tanggung jawab setiap individu. Membangun masyarakat yang inklusif dimulai dari hal-hal kecil: dari cara kita berbicara dengan tetangga yang berbeda agama, dari kesediaan kita untuk mendengarkan cerita orang lain, dan dari tindakan nyata kita untuk membantu mereka yang membutuhkan.
