SMPK Frater Maumere Dominasi Juara Lomba Bulan Bahasa yang Diselenggarakan IKIP Muhammadiyah

 

Sastra sebagai sebuah seni turut ambil bagian dalam perjalanan sejarah bangsa ini, ketika para pujangga dan penyair-penyair kita turut menyerukan perlawanan atas penjajahan. Puisi-puisi perlawanan lahir
dari Chairil Anwar misalnya, adalah contoh andil sastra dalam perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

SMPK Frater Maumere Dominasi Juara Lomba Bulan Bahasa yang Diselenggarakan IKIP Muhammadiyah
Para peserta Lomba Bulan Bahasa SMPK Frater Maumere berpose dengan guru pendamping di Taman Literasi Spater Maumere, Kamis (221/10). Foto Walburgus Abulat

Hadirin yang saya hormati.

Pelaksanaan perlombaan Bulan Bahasa tahun ini sepatutnya menjadi kesempatan bagi kita semua untuk melihat kembali geliat berbahasa dan bersastra, terkhusus di lingkungan sekolah kita masing-masing. Apakah
kita sudah berbahasa Indonesia secara baik dan benar sehari-hari ataukah kita lebih senang dengan bahasa-bahasa gaul atau bahasa-bahasa “zaman now” yang sebenarnya tidak sesuai dengan tata bahasa kita. Atau
apakah kita sudah berusaha untuk belajar tentang sastra, baik sastra lisan di daerah masing-masing maupun karya-karya sastra lainnya, ataukah kita hanya senang dengan ungkapan-ungkapan kekinian yang sedang viral di facebook atau media sosial lainnya? Di zaman ini, berbahasa Indonesia secara baik dan benar kadang menjadi sebuah harapan yang sulit untuk kita wujudkan. Kita lebih terpengaruh atau bahkan merasa lebih bangga ketika bisa menggunakan bahasa-bahasa gaul ketimbang berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Kita lebih banyak tahu tentang artis dan pemeran-pemeran sinetron di SCTV ketimbang para sastrawan dan karya-karya sastra mereka yang dulu ikut memberi andil atas kemerdekaan bangsa kita. Saya yakin, hanya sedikit dari kita yang tahu siapa itu Chairil Anwar, Asrul Sani atau Pramoedya Ananta Toer.
Sedikit saja dari kita yang tahu puisi “Aku” karya Chairil Anwar atau novel “Di Tepi Kali Bekasi” karya Pramoedya Ananta Toer. Tapi kalau menyebut nama-nama seperti Amanda Manopo, Irish Bela, atau Raffi
Ahmad, akan lebih banyak dari kita yang tahu tentang siapa mereka dan judul-judul sinetron yang pernah mereka perankan. Tidak ada yang salah dengan itu, namun semestinya sebagai seorang pelajar kita harus
berusaha untuk belajar lebih tentang sastra kita dan dengan itu kita juga belajar bagaimana berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Melalui kegiatan bulan bahasa ini, saya ingin mengajak teman-teman
sekalian untuk belajar mengenal dan berkarya sastra karena di dalamnya kita juga belajar mencintai bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu kita.

BACA JUGA:
Uskup Edwaldus, Para  Imam, Suster dan Elemen Umat Keuskupan Maumere Antusias Ikuti Perayaan Pra-Sinode XVI  Uskup Sedunia
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More