Sikap Reflektif Kritis Guru Penggerak Terhadap Kritikan Masyarakat (Sebagai Ekspresi Guru Memaknai HUT Kemerdekaan RI)  

Oleh Fransiskus Frescoriot Afrainus Mago, S.Pd., Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 1 Role Delu, Guru Penggerak Angk.1 kab. Sikka, Pengajar Praktik angk. 9 kab. Sikka 

 

Kritik dari Kaum Intelektual dan Masyarakat

  1. EfektivitasPelatihan: Banyak intelektual dan masyarakat mempertanyakan apakah pelatihan yang diberikan dalam program Guru Penggerak benar-benar efektif dalam meningkatkan kompetensi guru atau hanya bersifat sementara.
  2. Kesenjangan Implementasi: Kritik lainnya adalah mengenai kesenjangan dalam implementasi program, di mana tidak semua guru memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi, sehingga menimbulkan ketidak-merataan dalam kualitas pengajaran.
  3. Fokus pada Hasil Akhir: Ada pandangan bahwa program ini terlalu berorientasi pada hasil akhir seperti peningkatan nilai siswa tanpa cukup memperhatikan proses pembelajaran yang holistik dan pengembangan karakter siswa.
  4. Adaptasi Kurikulum: Kritik juga muncul terkait dengan bagaimana guru penggerak mampu mengadaptasi kurikulum yang ada dengan kebutuhan lokal dan konteks spesifik masing-masing sekolah.

 

Sikap Reflektif Kritis Guru Penggerak

 

Untuk menanggapi kritik tersebut, Guru Penggerak harus mengadopsi dan mengadapatasi sikap reflektif kritis melalui langkah-langkah berikut:

  1. Evaluasi Diri Secara Periodik atau berkesinambungan: Sebagai pendidik, guru perlu secara teratur mengevaluasi pendekatan dan metodologi pengajaran mereka. Ini termasuk refleksi terhadap efektivitas pelatihan yang telah mereka terima dan bagaimana hal itu diterapkan dalam praktik pembelajaran sehari-hari di kelas.
  2. Dialog Terbuka dan Konstruktif: Terlibat dalam diskusi dengan sesama guru, para intelektual, dan masyarakat untuk memahami berbagai perspektif. Dialog ini memungkinkan pertukaran ide yang dapat memperkaya pemahaman dan meningkatkan praktik pengajaran.
  3. Adaptasi dan Inovasi: Guru Penggerak harus siap untuk beradaptasi dengan kritik yang membangun dan berinovasi dalam metode pengajaran mereka. Ini bisa berupa eksperimen dengan pendekatan baru atau memperbaiki metode yang ada berdasarkan umpan balik.
  4. Peningkatan Profesional Berkelanjutan: Berkomitmen pada pengembangan profesional berkelanjutan melalui pelatihan tambahan, membaca literatur terbaru, dan mengikuti seminar atau konferensi pendidikan.
  5. Menyelaraskan dengan Konteks Lokal: Memahami dan menyesuaikan pendekatan pengajaran dengan konteks lokal dan kebutuhans pesifik siswa dan sekolah. Ini termasuk adaptasi kurikulum yang sesuai dengan kondisi dan budaya lokal.Tujuan akhirnya dari Pendidikan yang menghargai kearifan lokal.
BACA JUGA:
Meneropong Eksistensi Kurikulum Merdeka dalam Menyambut Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2023

 

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More