Sense Of Crisis dan Sense Of Belonging, Dari Natal Kristus Kepada Natal Kita
Oleh : Poya Hobamatan
Dengan demikian, kisah natal yang berakhir dengan kisah Pembaptisan Tuhan menyingkapkan fakta bahwa oleh hati penuh kerahiman Allah membuallah sense of crisis atas situasi hidup manusia, sehingga menuntutnya untuk meninggalkan takhta, kuasa dan kerajaan, membongkar langit yang tertutup, untuk rutun ke dunia dengan cara manusiawi, walau harus terlahir di kandang sebagai rumah awal untuk bermisi di tengah dunia demi menyelamatkan umat-Nya. Karena, kendati berdosa manusia itu, manusia tetaplah milik kepunyaan-Nya. Sense of crisis dan sense of belonging Allah atas manusia itulah, yang memberanikan Allah berkenosis (mengosongkan diri), yang tampak dalam kisah natal sampai pembaptisan-Na, baik di Sungai Yordan maupun dalampembaptisan darah di Kalvari.
Fakta-fakta historis ini menunjukkan bahwa hati maharahim dan penuh kasih selalu berbuah pada kebaikan dan keselamatan mereka yang dikasihi, tetapi sekaligus memberi kesan absurd karena tindakannya tampak ekstreem: selalu melampui nalar dan logika dan terkesan di luar hukum dan tak menaati prosedur. Namun lagi-lagi pertanyaan yang menggugat adalah bisakah dijamin bahwa keselamatan manusia dari dosa akan terjadi, jika Allah hanya memegang teguh pada logika dan prosedur hukum yang keluar dari keterbatasan akal sehat manusia?