Sense Of Crisis dan Sense Of Belonging, Dari Natal Kristus Kepada Natal Kita
Oleh : Poya Hobamatan
Sejenak merekonstruksi misteri inkarnasi yang dikumandangkan dalam kisah-kisah natal, kita mendapatkan sebuah konstruksi kisah identitas tentang siapa sejatinya Yesus. Dia adalah Putra Allah Yang Mahatinggi dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. Demikian berita awal yang disampaikan Malaikat Gabriel kepada Maria saat memintanya sebagai Bunda Allah. Dialah Juru Selamat. Dan itu berarti pada Dialah keselamatan manusia terpenuhi. Pada-Nya janji Allah yang dimaklumkan dalam Taurat, Kitab Para Nabi dan Mazmur, dan dinanti sampai 42 keturunan, akhirnya menjadi nyata, sebagaimana statement Malaikat kepada para Gembala di pandang, memenuhi silsilah Yesus yang dilaporkan oleh Matius. Penjelasan ini kemudian digarisbawahi oleh para Ahli Taurat dan Imam Besar kepada Herodes yang merasa terancam kedudukannya, ketika ditanya oleh para majus, sebagaimana kisah epiphania minggu yang silam.
Yesus ini, pada mulanya, adalah Firman dan Firman itu adalah Allah. Sebagai Firman, Dialah yang menjadikan segala sesuatu, dan tanpa Dia segala sesuatu tak bisa dijadikan, sebab hanya dalam Dia ada hidup, sebagaimana dikumandangkan saat Natal siang (bdk. Kej. 1; Yoh. 1). Dialah Raja Alam Semesta, sehingga kelahiran-Nya ke tengah dunia disambut dan diwartakan oleh semesta alam. Para ilmuwan dari Persia yang dikenal sebagai para majus, dengan keahlian meta fisiknya, mengenal ekspresi alam itu melalui fenomena bintang, sehingga merekapun datang menyembah-Nya, tanpa peduli jarak dan cuaca dalam perjalanan, sebagaimana diwartakan sepintas dalam Injil Ephipania.