Sejenak di Bukit Hati
Puisi-puisi berikut ini adalah karya Tinyo Tali Meta. Ia Seorang imam misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) yang sedang bermisi di México. Pengagum dan peminat Sastra universal, dan lebih khusus lagi, Sastra Amerika Latin
SEJENAK DI BUKIT HATI
Oleh Tinyo Tali Meta
Tumpahan tanah di genggaman tangan
disentuhkan luka hingga mengasami mata
merabik-rabik tebing tangisan yang terguling
disahuti kembang peluruh tak peduli
ketakutan yang membakar menggigilkan saraf
lebih dari mentari emas yang datang kunjung
jalan-jalan di taman mimpi berpayung siang
karena bulan dan bintang ada di belakang matanya.
Tengadah saja sejenak di bukit hati
surat cinta tertimbun pernah ditulis
waktu dan tempat disimpan ingatan
termakan ani-ani kota belum lama
terhambur di lubang lupa yang suram
membuka taring berkelopak mawar
meluruhkan tanah dengan rasa kepentingan.
Tertinggal hanya seutas ceritera tua
tersulam di sayap-sayap batu jalanan
rendah meliuk-liuk di pojok kampung lama
ketika bermain layang-layang bersama lawan
bocah jenaka berkepala pasir dari sungai hutan
dirangkul kakek berdada saleh dan berbahu pengalaman:
“Jangan tangisi gerbangmu yang ditutup paksa
tapi lebarkan semangatmu akan hari esok yang memanusiakan manusia”.
(Santiago de Anaya, 27/08/2020)
SERULING JAGUNG
Oleh Tinyo Tali Meta
Gumpalan-gumpalan asap memutihkan kelopak dapur. Hujan musim barusan lewat beberapa menit di depan mata. Tinggalkan jejak basah yang lebat di rasa. Tak satu bunyipun yang menghalangi kuping selain bincangan jumpa yang sengit antara api dan kayu makasar, disaksikan tiga tungku rumah kampung, membakar panas pantat periuk aluminium bermuatan sarat jagung muda yang barusan dipatahkan kasih ayah dari kebun keluarga.