Gereja selain melakukan pendidikan lewat mimbar kotbah juga harus memberi contoh bagaimana memanfaatkan tanah stasinya dengan menanam tanaman produktif di atas. Tanpa contoh segala nasihat – kotbah akan masuk telinga kanan tetapi keluar telinga kiri. Maklum, masyarakat sederhana, ibarat injil hari ini, belum bisa menjadi tanah subur seperti yang disampaikan Tuhan Yesus dalam perumpamaannya. Mereka perlu melihat contoh.
Demikian juga halnya dengan pemerintah. Tidak mengubah pikiran masyarakat dengan cara menjual tanah, memindahkan kampung supaya di tempat itu dijadikan proyek tambang atau membangun pabrik semen. Ini cara cari gampang demi APBD tetapi merusak tatanan kehidupan yang sudah terwaris ratusan tahun di tempat itu.
Kita semua sebagai anggota Gereja yang kudus, katolik dan apostolik hendaknya berusaha hidup dan berjuang di bawah tuntunan sabda Tuhan untuk menjaga dan menghormati kehidupan manusia, lingkungan hidup serta satwanya agar tetap lestari. Pulau Flores- pulau bunga bukan nama yang asal-asalan, tetapi nama yang mencerminkan keadaan sebenarnya: taman firdaus yang ditumbuhi bunga-bunga kehidupan yang harus dipelihara dengan baik dalam diri manusianya, alam lingkungan serta satwanya.