Syukurlah bahwa rancangan Yosef si lurus hati itu tak berlangsung lama. Keterbukaan matanya untuk melihat persoalan dalam kacamata Allah, keterbukaan hatinya untuk membiarkan Tuhan terlibat penuh dalam persoalan yang ia hadapi, serta kedalaman iman yang melampui horizon, memulihkan kegundahan Yosef mulai dari alam bawah sadarnya sehingga menyanggupkan Yosef mengubah semua rancangan yang telah ia susun. Yosef yang oleh desakan manusiawi berencana menolak, oleh desakan Allah berubah menjadi sosok yang menerima Maria dan Putra yang dikandungnya. Yosef yang oleh tuntutan manusiawi berencana cerai, diminta Allah untuk setia mengikat persekutuan cinta bersama Maria, sang tunangan yang sedang hamil.
Menakjubkan bahwa perubahan itu bukan sekedar untuk memberi rasa nyaman kepada Maria yang sedang mengandung, melainkan konsisten diperlihatkan Yosef dalam ziarah rumah tangganya, dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, bersama Maria dan Yesus. Konsstensi pasca pergulatan itu diperlihatkan Yoesf dalam ziarah dari Nazareth ke Betlehem; dari Betlehem menuju Mesir; dari Mesir kembali ke Nazareth, sampai namanya tak lagi menghiasi injil di saat Yesus mulai tampil di muka umum.