
Salib, Ketulusan Menderita
Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero; Tinggal di Labuan Bajo
Penulis injil Lukas melukiskan kesedihan Yesus yang amat mendalam dengan kata-kata penuh emosi: “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi titik-titik darah yang bertetesan di tanah.” (Luk. 22:44). Senada dengan itu, penulis injil Matius juga mengungkapkan dalam kata-kata yang amat menyentuh emosi. “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya.” (Mat. 26:38; Mrk. 14:34).
Lagi-lagi Mel Gibson melukiskan dengan amat jelas dan dramatis kegelisahan, kebimbangan Yesus pada permulaan filmnya. Pada titik ini, dapat dipahami dan diterima suasana mencekam, gelisah, takut dan ragu yang dialami Yesus.
Keraguan itu tampak dalam doa pertama yang diucapkan Yesus: “Ya Abba, Ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendai, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” (Mrk. 14:36; Mat. 26:39).
Dengan kebimbangan dan keraguan yang dialami Yesus menunjukkan sisi kemanusiaan-Nya. Keadaan seperti ini didirasakan oleh makhluk yang bernama manusia. Dalam arti yang positif, kondisi ini dapat menuntun orang untuk membuat pilihan.