Saat Hujan Memanggil dan Tradisi Bertanya

Oleh : Bernadinus Steni (Mahasiswa S-3, Jurusan Managemen Lingkungan IPB,  Penggiat Standar Berkelanjutan)

Mereka yang menjalani usia remaja pada era 60an sampai 80an amat merasakan perbedaan suhu saat itu dan sekarang. Meningkat amat drastis. Mungkin kita tidak banyak yang bertanya, “ada apa?”.

Rutinitias hidup barangkali menutup kesempatan bertanya meskipun kita masa ini dijuluki manusia informasi dan data. Beda dengan manusia jaman dulu yang reflektif dengan bertanya.

Tua adat pada masanya selalu bertanya mengapa ada perubahan alam. Mengapa musim kering terlalu lama, mengapa hujan terlalu lebat, mengapa hasil panen tahun ini berkurang, mengapa hama demikian banyak, mengapa sakit?

Terkadang pertanyaan mereka kembali ke diri, apa yang saya atau komunitas lakukan sampai alam bereaksi demikian. Hasil refleksi mereka muncul dalam wujud ritual, pemulihan alam, dan bahkan hukuman kolektif untuk satu kampung.

Belakangan, Arne Naess, filsuf lingkungan kenamaan dari Norwegia, melabeli perilaku itu sebagai deep ecology. Yakni suatu sikap hidup yang selaras dengan alam, bahwa kita manusia bukan penguasa tapi mitra yang sejajar dengan alam. Istilah yang keren itu membesarkan nama Naess, meskipun empuhnya istilah itu adalah berbagai komunitas tua yang telah menjalankannya ribuan tahun.

BACA JUGA:
Sekali Lagi Tentang Tambang di Flores / Manggarai Timur
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More